Nama Raden Ajeng Kartini dikenang sebagai sosok emansipasi perempuan. Putri dari Raden Mas Sosroningrat dan Mas Ajeng Ngasirah yang dikenal akan pemikirannya tersimpan dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang. Buku berisi sekitar 100 surat Kartini kepada teman-temannya diterbitkan oleh J.H. Abendanon pada 1912, tokoh Belanda yang mendukung pemikiran Kartini.
Buku dalam bahasa Belanda berjudul Door Duisternis Tot Licht tersebut sudah tersebar luas dan masih menjadi bahan bacaan tentang emansipasi perempuan hingga saat ini.
Lebih dari 1 abad setelah buku tersebut diterbitkan, muncul ide untuk mengumpulkan surat-surat Kartini dengan lebih komprehensif. Ide tersebut kemudian diwujudkan oleh Prof. Wardiman Djojonegoro, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia periode 1993-1998.
Dalam penulisannya, Prof. Wardiman perlu mencari surat-surat tersebut sampai ke Belanda. Di Kantor Arsip Nasional Belanda, ia menerima surat-surat Kartini yang tertinggal. Setelah ditelusuri, surat-surat Kartini tak hanya berjumlah 150 saja seperti yang dirangkum dalam Habis Gelap Terbitlah Terang, bahkan mencapai 400 surat. Prof. Wardiman menuturkan jika dalam sehari Kartini bisa menulis hingga 2 surat. Surat-surat tersebut juga bukan merupakan surat pendek. Bahkan ada 1 surat yang berisi 27 halaman.
Dengan tekad selama 2 tahun, Prof. Wardiman berhasil mengumpulkan 179 surat dari total 400 surat. Surat-surat tersebut ia kumpulkan dari arsip The Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies/Leiden University Libraries KITLV/UBL dan lembaga arsip lainnya.
Share :